OPINI  

Valentine’s Day Love or Lust?

Oleh Amnina el Humaira
Pemerhati Remaja

Februari kembali menyapa, bulan yang hari-harinya bertabur cinta dan kasih sayang. Salah satu momen penting di bulan Februari adalah Valentine’s Day. Hari spesial yang diperingati setiap tanggal 14 Februari ini, selalu identik dengan warna merah jambu. Di mana cinta hanya dinilai dengan kartu ucapan, setangkai mawar, sebatang coklat plus sebuah kondom. Yang terakhir ini mungkin terdengar horor, tapi bagi sebagian remaja hal tersebut adalah sesuatu yang dianggap wajib bahkan sakral sebagai wujud pembuktian cinta di hari kasih sayang.

Sejarah Valentine’s Day

The world Book Encyclopedia (1998) menuliskan beberapa versi mengenai Valentine’s Day diantaranya:“some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian Crunch. Still others link it with an old English belief that actually birds choose their own mates on February 14. Valentine’s Day probably came on combination of all three of those sources plus the belief that spring is a time for lovers”

Perayaan Lupercalia pada masa Romawi kuno adalah rangkaian upacara penyucian yang berlangsung pada tanggal 13-15 Februari. Selama Dua hari upacara dipersembahkan untuk Queen of Feverish Love, Juno Februata atau yang dikenal sebagai Dewi Cinta. Perayaan ini dilakukan dengan ritual menuliskan nama-nama perawan kemudian diundi dalam sebuah kotak khusus yang akan diambil secara acak oleh setiap pemuda yang hadir. Nama yang keluar itulah yang akan dijadikan pasangan untuk bersenang-senang di malam sakral Valentine. Pada 15 Februari mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan serigala dan para wanita berebut untuk dilecut dengan kulit binatang dengan anggapan agar mereka menjadi lebih subur.

Dalam legenda ini ada pula sosok yang disebut Cupid (The Desire), yakni bayi bersayap dengan panah yang digambarkan sebagai lambang cinta. Diketahui, Cupid adalah putra Dewa Matahari, Nimrod The Hunter. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu oleh banyak wanita bahkan ibunya, Aphrodite sangat tertarik pada ketampanan anaknya, sehingga ia pun tergoda dan berzina dengan anaknya sendiri.

Baca Juga  Banjir Berulang, Butuh Aturan yang Komprehensif

Tanggal 14 Februari juga diperingati gereja sebagai hari perjuangan cinta untuk mengenang tokoh Saint Valentine yang menjadi martir pada 14 Februari. Dalam legenda ini, dikisahkan kaisar Claudius memenjarakan St. Valentine karena ia menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Dikisahkan di dalam kurungan penjara, Valentine jatuh cinta kepada anak gadis seorang sipir. Gadis yang dicintainya selalu setia menjenguknya di penjara kala itu. Namun tragis, sebelum ajal tiba bagi Valentine, ia meninggalkan pesan dalam sebuah surat untuknya. Pada akhir suratnya, terdapat tiga kata ungkapan cinta, “From Your Valentine.” yang tertulis sebagai tanda tangannya. Bahkan hingga saat ini ungkapan tersebut masih populer di kalangan remaja.

Kemudian, terkait ucapan “Be My Valentine” Ken Swinger dalam artikel “should Biblical Christians observe it?” mengatakan kata ‘Valentine’ berasal dari bahasa latin yang berarti “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, Yang Maha Kuasa”. Ungkapan pengagungan ini dipersembahkan kepada Nimrod dan Lupercus yang dipercaya sebagai tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, kata Ken Swinger jika kita meminta orang untuk menjadi “To Be My Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan karena meminta menjadi Sang Maha Kuasa sekaligus menghidupkan budaya pemujaan terhadap berhala. Dalam Islam hal ini termasuk perbuatan syirik yang dosanya sangat besar di sisi Allah SWT.

Valentine’s Day, Tradisi Barat yang Menyesatkan

Mencermati sejarah lahirnya valentine‘s Day, maka semakin jelaslah bahwa tradisi tersebut datang dari budaya barat yang seluruhnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Namun miris, sebagian kaum muslim khususnya remaja ikut-ikutan latah merayakannya dengan dalih mengekspresikan cinta dan kasih sayang. Padahal telah jelas larangan Allah SWT. bagi umat Islam untuk mengikuti kebiasaan kaum kafir. Menyerupai kaum kafir terkait tradisi perayaan Valentine’s Day, sama halnya dengan membenarkan ritual-ritual mereka yang menyesatkan dan merusak akidah.

Baca Juga  Indonesia Darurat Korupsi, Apa Solusinya?

Tidak dipungkiri, hari ini fenomena Valentine‘s Day menjadi ajang bisnis yang sangat menggiurkan. Para pelaku bisnis yang sebagian besar muslim juga tidak mau ketinggalan dalam menyemarakkan hari kasih sayang tersebut. Diluncurkanlah produk-produk terbaru yang bernuansa ‘cinta’. Seperti parcel valentine, pernak-pernik serba pink dan kartu valentine. Tak kalah hebohnya, tempat hiburan malam seperti cafe, hotel dan restoran juga menggelar acara khusus bertajuk peringatan hari kasih sayang. Media massa pun berkontribusi besar dalam ‘mempromosikan’ perayaan hari kasih sayang tersebut dengan lead berita yang provokatif baik di media online, cetak maupun televisi.

Bahkan di Inggris setiap tahunnya, tanggal 14 Februari diperingati sebagai The National Impotence Day. Sedangkan Amerika Serikat lebih ekstrim lagi dengan peringatan The National Condom Week pada 14-21 Februari setiap tahunnya. Ini menjadi bukti bahwa negara-negara barat yang notabene pengusung ide kebebasan menjadikan tanggal 14 Februari sebagai ajang mengumbar nafsu dan pesta seks. Penjualan kondom seminggu sebelum dan setelah Valentine’s Day meningkat tajam 40-80% di setiap gerainya. Beberapa gerai penjualan bahkan secara terang-terangan memajang paket coklat Valentine’s Day yang dibandrol langsung dengan sebungkus kondom, tanpa peduli apakah para pembelinya adalah pasangan yang sah atau tidak. Lantas pertanyaannya, Valentine’s Day Love or Lust?

Menjawab pertanyaan di atas tentu mereka yang berpikiran jernih akan melihat, bahwa sejatinya perayaan Valentine’s Day hanyalah nafsu berkedok cinta. Buktinya, meski puluhan tahun hari kasih sayang diperingati, namun kasih sayang diantara sesama manusia bahkan keluarga masih tak sejalan dengan apa yang diharapkan. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil data statistik Indonesia 2022, sebanyak 447.743 perkara perceraian terjadi sepanjang tahun 2021. Dibandingkan tahun sebelumnya, angka tersebut jelas mengalami kenaikan yang angkanya hanya pada kisaran 291.677 kasus. Belum lagi fakta kekerasan terhadap perempuan juga semakin meningkat. Ujung-ujungnya, yang diuntungkan dari semarak perayaan Valentine’s Day hanyalah para kapitalis. Di Amerika saja, total penjualan retail yang berkaitan dengan Valentine’s Day mencapai angka yang fantastis hingga triliunan rupiah.

Baca Juga  Cerita Rakyat: Anjing dan Kucing Bersepupu

Disadari atau tidak, Valentine‘s Day memang sengaja dijajakan ke seluruh penjuru dunia tak terkecuali Indonesia yang mayoritas beragama Islam, sebagai bagian dari skenario busuk liberalisasi kapitalistik. Selain potensi cuan yang besar, ide ini juga tak lain adalah untuk mengebiri potensi generasi. Padahal, jumlah remaja di negeri ini lebih dari 70 juta jiwa atau 13 kali lipat dari jumlah penduduk Singapura. Seharusnya ini bisa menjadi potensi besar untuk membangkitkan negeri ini. Namun, jumlah remaja yang besar secara kuantitas ini tidak diimbangi dengan kualitasnya. Mereka justru disibukkan dengan aktivitas sia-sia yang mengundang dosa, seperti pacaran dan pergaulan bebas beserta turunannya berupa pembuktian cinta di hari kasih sayang.

Dengan aktivitas ini, sedikit demi sedikit remaja Islam diarahkan untuk semakin menjauh dari aqidah Islam. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT. yang artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepadamu hingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk yang benar itulah petunjuk Allah. Dan sungguh jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka Allah tidak akan lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah: 120). Karena itu, wahai remaja Islam, jangan tertipu slogan kasih sayang yang menjerumuskan. Saatnya bangkit, pelajari agamamu dan tampilkan dirimu dengan identitas muslim yang sejati.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *