OPINI  

Opini: Hilangnya Fungsi Qawwam

Oleh : Saripa

Di negari ini telah banyak berita yang beredar baik di TV maupun di media sosial mengenai kekerasan, pelecehan atau KDRT. Masalah rumah tangga yang harusnya tertutup rapat namun nyatanya diera moderen ini sangat sulit untuk membungkam mulut-mulut yang suka nyinyir karna sangat mudahnya kita melihat rekaman digital video terkait permasalahan rumah tangga.

Di sosial media terkadang kita disuguhkan tontonan seorang istri sengaja merekam suaminya yang sedang marah bahkan hampir memukul sang anak, walau dalam video tersebut tidak jelas permasalahannya namun cukup menjadi bukti bahwa pondasi untuk mencapai sakinah, mawaddah, dan warahma diera sekarang sangat lemah dan rapuh.

Dilain waktu ketika salah satu teman memperlihatkan video seorang suami yang kepergok bersama dengan selingkuhan di salah satu kos atau penginapan tanpa menggunakan sehelai pakaian. Yang harusnya orang tua mengajarkan tentang kebaikan namun justru para orang tua memperlihatkan perilaku-perilaku buruk dan bisa merusak pemikiran generasi. Di awal bulan november ini bahkan kita disuguhkan dengan berita kekejaman seorang suami yang tega melakukan kekerasan terhadap istrinya.

Dikutip dalam Liputan6.com, Depok – Aksi kejam dan biadab dilakukan seorang suami kepada istri dan anaknya di sebuah rumah di Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat. Pelaku berinisial RN (31) tega menganiaya istrinya berinisial NI (31) dan membunuh anak perempuannya berinisial KPC (13) menggunakan parang. 

Kasat Reskrim Polres Metro Depok, AKBP Yogen Heroes Baruno mengatakan, pihaknya menerima laporan masyarakat terkait adanya korban meninggal dunia dan kritis. Kedua korban diduga mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh kepala keluarga.

“Diduga pelaku adalah ayah kandung atau suami korban, awalnya diamankan di Polsek Cimanggis lalu kita bawa ke Polres Metro Depok,” ujar Yogen kepada Liputan6.com, Selasa (1/11/2022).

Baca Juga  Opini: Sirkuit Keberagaman di Ibu Kota Negara Nusantara Kaltim Tetap "Setia"

Kasus diatas membuktikan telah gagalnya seorang laki-laki menjadi qawwam [pemimpin] yang baik. Ternyata diantara penyebab-penyebab permasalahan rumah tangga, kekerasan suami terhadap istri atau ayah terhadap anak sering terjadi dan dirasakan dalam keluarga karena hilangnya fungsi qawwam pada laki-laki terutama sosok ayah.

Mengapa jiwa qawwam [Seorang pemimpin] harus dimiliki setiap manusia lebih-lebih laki-laki atau seorang bapak? Karena ketika dibangkitkan kita akan menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri untuk mempertanggung jawabkan segala aktivitas yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Seperti kepala keluarga apalagi setingkat kepala negara akan mempertanggung jawabkan apa pun yang dipimpinnya. Seorang kepala rumah tangga harus mempertanggung jawabkan dalam merawat dan menjaga seluruh anggota keluarga, bahkan pemenuhan kebutuhan istri dan anaknya.

Sulit memang menumbuhkan rasa qawwam dalam diri seorang laki-laki jika selama masa kanak-kanaknya diasuh dengan gedjet. Bahkan dalam pengasuhan ibu saat ini juga tidak menjamin anak-anak terdidik dengan kebaikan atau dengan sudut pandang Islam. Ia di KTP memang Islam namun dalam mendidik anak-anaknya menggunakan metode barat kapitalis sekuler yang tentunya berbanding terbalik dengan Islam.

Mengapa demikian terjadi? Karna kurangnya pemahaman Islam disebabkan kurangnya minat seorang qawwam dan seorang ibu untuk belajar dan mendalami ilmu Islam dengan baik. Nah, begitulah sebenarnya yang diinginkan oleh para pembenci Islam. Mereka boleh beridentitas Islam dengan shalat, puasa, zakat dan sebagainya namun mereka tidak boleh menggunakan aturan Islam dalam mendidik anak-anak dan para generasi Islam. Akibatnya, terbentuklah rumah tangga yang beragama Islam namun bermental liberal.

Baca Juga  Islam Melindungi Generasi Bangsa

Masih banyak hal yang menjadi penyebab seorang kepala keluarga gagal menjadi qawwam misalnya tingginya beban hidup sehingga merasa banyak beban, seorang suami juga harus menghidupi istri dan anak, sementara saat ini lapangan pekerjaan sangat susah apalagi kebutuhan semakin banyak hingga berbanding terbalik.

Ini juga yang menjadi salah satu alasan seorang suami tidak mengikuti majelis ilmu, padahal mengikuti majelis ilmu akan menemukan seorang teman untuk saling menyemangati, mendapatkan ilmu baru dalam menjadi pemimpin rumah tangga, dan mendapat solusi atas masalah yang dihadapi. Jika menengok jauh ketika kejayaan Islam, semua kepala keluarga diberikan kemudahan untuk mencari nafkah dengan membuka lapangan pekerjaan karena negara yang paling berperan dalam menyelesaikan permasalahan umat.

Ketika kita mendapatkan masalah maka mendekatlah kepada Allah, jangan malah menjauh dan berputus asa dari rahmat-NYA. Untuk para laki-laki di luar sana, mengucap aqad pernikahan memang mudah namun tanggung jawabnya yang sangat berat dan melelahkan jika tidak dipupuk dengan rasa tanggung jawab dan kerelaan, jadi jika hanya nekat coba-coba maka jangan dilanjutkan. Lebih baik memperbanyak pemahaman seputar Islam karena bukan hanya perempuan yang wajib belajar tetapi seorang calon qawwam juga harus belajar dan mengasah ilmu agar terbebas dari siksa hari akhir.

Gaya hidup buruk dan lemahnya kemampuan mengendalikan diri sangat perlu dipelajari. Lagi-lagi inilah pentingnya mengikuti majelis ilmu, bukan hanya mental istri yang harus waras, mental suami juga harus lebih-lebih waras untuk menjaga kebahagiaan dan kewarasan istri dan anak. Tentunya ketidakwarasan istri timbul salah satunya kerana perilaku buruk yang dilakukan oleh suami.

Baca Juga  Bayi Menjadi Korban Perdagangan Orang, Negara "Jangan Gagal Fokus"

Untuk para perempuan diluar sana, lebih baik sabar menanti daripada pacaran dan kebablasan akhirnya menikah dengan laki-laki yang mempunyai gaya hidup buruk selama bujang, suka menduakan penciptanya, rugilah kita. Allah saja ia duakan apalagi dirimu.

Ketika pemahaman memiliki pemahaman Islam maka gaya hidup dan perilaku juga akan Islami. Jadi jika masih ada ibu atau bapak yang masih membolehkan anaknya mengikuti pemahaman barat seperti membolehkan anak yang baliq keluar rumah tidak berhijab dengan sempurna, sedangkan dalam Islam wajib hukumnya seorang anak perempuan maupun laki-laki ketika sudah balik untuk menutup aurat.

Maka bisa disimpulkan bahwa pemahaman ibu dan bapak masih bukan Islam karena ketika pemahaman Islam yang mendarah daging dalam diri manusia maka semua hukum-hukum Islam akan diterapkan dan diajarkan kepada anak-anak.

Ini bukanlah persoalan individual melainkan persoalan sistemik. Oleh karena itu, membutuhkan solusi menyeluruh dengan negara ikut andil dalam menangani permasalahan yang terjadi. Hanya sistem Islam yang mampu memberikan solusi atas persoalan ini secara mendasar dan menyeluruh.

Dalam TintaSiyasi.com- Negara Islam akan memberikan jaminan bagi para pencari nafkah untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Negara juga akan memberikan pemahaman berupa tsaqafah Islam bagi masyarakat baik laki-laki maupun untuk perempuan. Keduanya akan dibina dan difahamkan akan peran masing-masing dalam masyarakat khususnya menyangkut ranah keluarga.

Demikianlah peran negara yang akan ikut andil dalam menyelesaikan setiap permasalahan umat terutama mengembalikan peran qawwam yang sesungguhnya dan semua ini hanya akan dirasakan ketika sistem Islam dalam bingkai Khilafah tegak kembali dalam kehidupan ini.

Wallahua’lam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *